Sunday, April 26, 2015

Cara melakukan interview (wawancara) yang benar

Wawancara atau interview adalah pertukaran verbal informasi antara dua orang atau lebih untuk sebuah pengumpulan serangkaian data.

Jika Anda akan melakukan penelitian kualitatif yang mencoba untuk mengukur keyakinan, perasaan, pendapat, pengalaman atau sikap populasi, maka ketrampilan wawancara sangat penting.

Wawancara kualitatif didasarkan pada ketrampilan percakapan peneliti dan responden yang menjawab. Tidak ada satu pun alat analisis data canggih yang dapat menyelamatkan penelitian jika hasil wawancaranya buruk.

Jenis-jenis informasi dalam pertanyaan dapat apapun sejauh menyangkut dengan konteks tema penelitian seperti:

  • Perilaku yaitu tindakan atau apa yang dilakukan oleh narasumber.
  • Pendapat yaitu nilai atau apa yang dipikirkan narasumber.
  • Perasaan yaitu afeksi atau apa yang dirasakan narasumber.
  • Pengetahuan yaitu pemahaman narasumber terkait fakta-fakta.
  • Sensory yaitu apa yang narasumber lihat, sentuh, dengar atau bau.
  • Demografi yaitu latar belakang standar narasumber seperti umur, pendidikan, dan lain-lain.

MODEL-MODEL WAWANCARA

Ada bermacam-macam jenis wawancara dalam desain penelitian untuk diterapkan secara teknis di lapangan. Peneliti yang berbeda mungkin mengkategori wawancara dengan cara yang berbeda. Tapi secara umum ada tiga jenis yaitu:
  1. Wawancara terstruktur (fixed-response interview)
    Peneliti telah menetapkan satu set pertanyaan dan tertutup.
    • Kelebihan
      Memungkinkan untuk direplikasi dengan narasumber lain, lebih mudah dianalisis, potensi bias rendah dan efesien waktu.
    • Kelemahan:
      Tidak menampung tanggapan lebih jauh atau detail.
  2. Wawancara tidak terstruktur (open-ended interview)
    Peneliti tidak menetapkan set pertanyaan tapi masih tetap memegang tema yang jelas.
    • Kelebihan
      Memungkinan pendalaman informasi lebih jauh dan detail yang mungkin berguna.
    • Kelemahan
      Sulit direplikasi dengan narasumber lain, lebih sulit dianalisis, potensi bias tinggi dan memakan waktu.
  3. Wawancara semi terstruktur
    Peneliti telah menetapkan satu set pertanyaan tapi memungkinkan mengajukan pertanyaan spontan.

TAHAPAN WAWANCARA

Anda harus mendapatkan informasi yang terbaik dari narasumber. Semakin berkualitas informasi, semakin baik hasilnya. Wawancara itu sendiri benar-benar membutuhkan keterampilan. Berikut langkah-langkahnya:
  1. Sebelum memulai wawancara
    Menyambut dan memperkenalkan diri, narasumber harus merasa nyaman dan mungkin Anda bisa menawarkan minuman.
  2. Pada saat memulai wawancara
    Menyampaikan pernyataan pendahuluan yang harus mencakup tujuan wawancara, pentingnya informasi dari narasumber, jaminan kerahasiaan hingga meminta izin merekam wawancara jika diperlukan.
  3. Selama wawancara
    Hindari ketergesa-gesaan, memotong pembicaraan atau waktu hening (blank tempo). Akhiri wawancara dengan kehangatan dan terima kasih.

PERILAKU SELAMA WAWANCARA

Jangan acuh tak acuh, jagalah kehangatan dengan percakapan ringan, ramah dan respek. Perhatikan penampilan Anda. Selalu ingat tujuan Anda wawancara.

TERKAIT KEENGGANAN NARASUMBER

Keengganan narasumber untuk diwawancarai adalah masalah terbesar yang dihadapi peneliti. Ada banyak alasan mengapa mereka enggan baik secara umum maupun dalam kaitannya dengan pertanyaan tertentu.

Narasumber yang bersedia atau enggan diwawancarai tersebar di seluruh populasi. Mereka yang enggan cenderung jatuh ke dalam 3 kelompok yaitu;
  1. Narasumber rahasia
    Orang-orang yang memiliki rahasia dan takut ketahuan.
  2. Narasumber yang sensitif
    Peka tentang hal-hal pribadi seperti masalah keuangan, kesehatan dan penyakit atau perilaku seksual.
  3. The advantaged dan Disadvantaged
    Advantaged adalah orang-orang dalam posisi kekayaan, status atau kekuasaan. Disadvantaged adalah orang yang kurang beruntung seperti terlibat dalam aktivitas kriminal atau tidak percaya pada pewawancara.


Insentif seperti uang atau hadiah sering digunakan untuk membujuk responden, tapi hal ini menjadi kontroversi kalangan peneliti karena tidak bisa menjamin hasil wawancara berkualitas.

Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor keengganan di antara narasumber harus menjadi pertimbangkan ketika Anda memilih sampel penelitian dan menyusun wawancara.

Saran Bacaan:

Bampton, R., and Cowton, C. (2002). The E-Interview. Forum: Qualitative Social Research Vol. 3, No. 2, Art. 9 - May 2002

Britten, N. (1995). Qualitative interviews in medical research. British Medical Journal Vol 331. Pg: 251-253.

David, M., and Sutton, C. (2004). Social Research. Oxford: Sage Publications Ltd.

Gray, D. (2004). Doing research in the real world. London: Sage.

Gubrium, J., and Holstein, J., eds. (2002). Handbook of Interview Research: Context and Method. USA: Sage Publications Ltd.

Kvale, Steiner. (1996). Interviews: An Introduction to Qualitative Research. USA: Sage Publications, Inc.

Pole, C., and Lampard, R. (2002). Practical Social Investigation: Qualitative and Quantitative Methods in Social Research. Essex: Pearson Education Limited.

No comments:

Post a Comment