Wednesday, July 22, 2015

contoh bab 3 metodelogi penelitian disertasi ekonomi akutansi



Bab Iii Metode Penelitian
3.1 Populasi Dan Sampel

Obyek  dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta dengan mengacu pada perusahaan-perusahaan  manufaktur yang termuat di capital market directory indonesia tahun 20001-2005. Penelitian dilakukan  pada perusahaan  manufaktur  karena  perusahaan  manufaktur  regulasi akuntansinya tidak seketat perusahaan keuangan dan perbankan sehingga perilaku manajeman terkait dengan kebijakan akuntansi dapat lebih dijelaskan. Objek penelitian yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan  yang listing di bursa efek jakarta (bej) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Hal ini menunjukan bahwa  penelitian  yang  dilakukan  mengkombinasikan  antara  cross  section  dan time-series,   disebut   juga   pooling   data   atau   data   panel.   Data   panel   akan memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, tingkat kolinieritas antar variabel menjadi rendah, lebih besar degree of fredoomnya, dan lebih efisien (ghozali, 2006; cochran, 2001).
Perusahaan  manufaktur  secara  panel  yang  terdaftar  di  bursa  efek  jakarta untuk  tahun  2000-2004  sebanyak  767  perusahaan.  Selanjutnya  untuk mempermudah  dan mempertajam analisis ditentukan kriteria-kriteria  perusahaan yang  dapat  dijadikan  anggota  sampel.  Sehubungan  dengan  penetapan  kriteria- kriteria sampel maka teknik sampling yang dilakukan adalah purposive sampling dengan tipe judgmental  sampling.  Berdasarkan   permasalahan  dalam penelitian dan tujuan penelitian maka ditentukan kriteria-kriteria sampel sebagai berikut:

1.   Perusahaan  pada tahun  analisis  tidak  sedang  mengalami  kerugian.  Perilaku manajeman pada perusahaan yang rugi berbeda dengan perilaku manajeman perusahaan yang laba, sehingga jika analisis dilakukan pada kedua kondisi ini akan memberikan hasil yang bias dan tidak fokus. Kriteria ini dipilih dengan asumsi bahwa pada perusahaan yang rugi, manajeman tidak akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Sementara itu, pada perusahaan  yang laba manajeman  mempunyai  kemungkinan  untuk  memilih kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba atau kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Selain itu, kriteria sampel ini dipilih dengan maksud agar diperoleh gambaran yang lebih jelas trade off atas konflik kepentingan dari interaksi antara manajeman dengan stockholder (bonus plan) dan antara manajeman dengan pihak ketiga (political cost).
2. Pada  tahun   analisis   perusahaan   tidak   merubah kebijakan akuntansi dari kebijakan akuntansi yang dapat   menaikkan   laba   menjadi   kebijakan   akuntansi yang dapat menurunkan laba atau dari kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba menjadi kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba. Kriteria ini dimaksudkan agar terlihat secara jelas kebijakan akuntansi yang dipilih perusahaan.
3.   Laporan keuangan perusahaan telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Data laporan keuangan perusahaan   yang sudah diaudit oleh akuntan publik menunjukkan   bahwa   data   tersebut   telah   diverifikasi   oleh   pihak   yang independen sehingga data menjadi valid dan reliabel. Tabel  3.1. Di bawah  menginformasikan  tentang  sampel dalam penelitian ini.

Laporan keuangan untuk 269 unit sampel tidak tersedia   di   pusat   referensi   pasar   modal   bursa   efek jakarta. Data yang tidak tersedia ini disebabkan sebagian dari laporan keuangan tahunan hilang atau laporan keuangan   tahunan   hilang  sementara   itu  sebanyak   195 unit sampel, laporan keuangannya menunjukkan bahwa perusahaan  tersebut  rugi.  Populasi  yang  memenuhi kriteria   sebanyak 303 unit sampel. Sementara itu, data sebanyak 30 sampel outlier dan dikeluarkan dari analisis. Sampel yang ambil dalam penelitian ini sebanyak 273 unit sampel  (perusahaan).   Jumlah   sampel   ini  setara   dengan 35,6% dari seluruh populasi.

3.2.teknik pengumpulan data
 data   dalam   penelitian   ini  adalah   data   sekunder yang didapat dari laporan tahunan perusahaan- perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta (bej) untuk periode 2000 sampai dengan 2004. Laporan keuangan emiten bursa efek jakarta  sebelum  dilaporkan  ke badan pengawas pasar modal dan sebelum dipublikasikan  harus diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan yang telah diaudit  oleh auditor  independen  menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut adalah valid dan reliabel.    Laporan    keuangan    tahunan    diperoleh    dari pusat  referensi  pasar  modal  (prpm)  bej. Selain  dari prpm, laporan  keuangan   tahunan   juga  didapat  dengan  cara men-download dari  www.jsx.co.id.
Variabel  kebijakan  akuntansi  bersumber  dari catatan atas laporan keungan yang ada pada laporan tahunan. Variabel ini diidentifikasikan dengan cara melihat metode penilaian persediaan, metode penyusutan dan metode penilaian piutang usaha yang digunakan oleh perusahaan. Varibel leverage didapat dari indonesia capital market directory (icmd) pada bagian rasio-rasio keuangan  (financial  ratios). Variabel  bonus plan didapat dengan cara mengidentifikasikan apakah perusahaan memberikan bonus pada manajemen ataukah tidak. Informasi  tentang  bonus  tertera  pada  gambaran  umum perusahaan sebagai bagian dari catatan atas laporan keuangan. Data kepemilikan manajemen bersumber dari catatan  atas  laporan  keuangan  yang  menjelaskan tentang   komposisi   kepemilikan   perusahaan   (penjelasan dari laporan stockholders equity)
Besarnya perusahaan pada penelitian ini diukur dengan log natural total assets. Data total assets bersumber  dari neraca pada laporan  keuangan  tahunan emiten yang disampaikan ke badan pengawas pasar modal. Kekuatan buruh sebagai proksi dari political cost diukur dengan banyaknya karyawan. Data tentang jumlah karyawan didapat dari gambaran umum perusahaan pada catatan atas laporan keuangan untuk laporan tahunan.
Nilai konservatisme akuntansi diukur dengan ada tidaknya akuntan pada jajaran dewan komisaris atau dewan direksi. Data tentang akuntan yang menjabat sebagai dewan komisaris atau dewan direksi didapat dari komposisi  dewan  direktur  dan  dewan  direksi  yang tertera pada gambaran umum laporan tahunan perusahaan.

3.3. Operasionalisasi dan pengukuran variabel
Sesuai   dengan   tujuan   penelitian,   kerangka   teorities   dan   hipotesis, penelitian ini merupakan penelitian kausal yang melihat hubungan antar variabel. Variabel leverage, bonus plan,  kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, tekanan   buruh   dan       konservatisme    akuntansi   perusahaan   mempengaruhi manajeman  dalam pemilihan  kebijakan  akuntansi.  Hal ini menunjukkan  bahwa kebijakan akuntansi adalah variabel dependen dan yang lainnya adalah variabel independen. Sesuai dengan tujuan penelitian dan perumusan masalah dalam bab 1, maka analisis yang dilakukan didasarkan pada tiga model penelitian yaitu:
1.   Model pertama, variabel dependen adalah kebijakan akuntansi dan variabel independen terdiri dari leverage, bonus plan, kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, tekanan buruh dan konservatisme akuntansi perusahaan
2.   Model kedua, variabel dependen kebijakan akuntansi, variabel independen meliputi leverage dan bonus plan, variabel interaksi adalah konservatisme akuntansi perusahaan, dan variabel kontrolnya adalah kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, dan tekanan buruh.
3.   Model ketiga, variabel dependen kebijakan akuntansi, variabel independen leverage dan besarnya perusahaan, variabel interaksi adalah bonus plan pengukuran  dan  pendefinisian  variabel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini adalah sebagai berikut:

3.3.1.   Kebijakan akuntansi

Kebijakan  akuntansi  adalah  proses  pemilihan metode pelaporan alternatif, sistem pengukuran, dan teknik pengungkapan  tertentu dari semua yang mungkin tersedia untuk pelaporan keuangan oleh perusahaan kebijakan  akuntansi  dalam penelitian  ini identik dengan multiple method choices dari field, et al (2001), accounting method strategies dari missonier-pierra (2004), accounting choices   strategy   dari   robbins,   et   al   (1996)   dan   income strategy  dari  inoue  dan  thomas  (1993).  Inoue  dan  thomas (1993) mendefinisikan  kebijakan  akuntansi  sebagai  jumlah prosedur akuntansi yang dapat menaikkan laba dalam portofolio  prosedur  akuntansi  perusahaan.  Lebih lanjut missonier-pierra  (2004) mempertimbangkan  bahwa strategi pemilihan akuntansi adalah satu paket kebijakan akuntansi sebagai sebuah kebijakan tunggal yang komprehensif.
Kebijakan akuntansi adalah strategi pemilihan metode akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Strategi  laba  yang  dikembangkan   dalam  penelitian  ini juga dilakukan oleh hegerman dan zmijewski (1981) robbin, turpin dan polinski (1993), meyer et al. (2000), skinner (1993), hand (1998) dan missonier-piera  (2004). Kebijakan  akuntansi perusahaan dapat dikelompokkan sebagai kebijakan akuntansi yang dapat mempercepat pelaporan laba (kebijakan yang dapat menaikkan laba) atau kebijakan akuntansi  yang  dapat  menunda  pelaporan  laba (kebijakan  akuntansi  yang  dapat  menaikkan  laba) (robbins, et al 1993; missonier-pierra, 2004).
 kebijakan  akuntansi  yang  dianalisis  dalam penelitian   ini   adalah   satu   paket   kebijakan   akuntansi yang  terdiri  dari  kebijakan  penilaian  persediaan, kebijakan  akuntansi  penyusutan  aktiva  tetap  dan kebijakan akuntansi penilaian piutang usaha. Ketiga kebijakan akuntansi ini dipilih sebagai bagian kebijakan yang  dianalisis   karena  ketiga  kebijakan   akuntansi   ini ada  disetiap  perusahaan  manufaktur.  Kebijakan akuntansi penilaian persediaan dan metode penyusutan juga sudah dianalisis oleh peneliti terdahulu sehingga validitasnya sudah dapat diandalkan sebagai cerminan dari kebijakan  akuntansi  perusahaan.  Selain  itu, metode penilaian persediaan dan metode penyusutan aktiva tetap mempunyai pengaruh yang sangat besar pada pelaporan laba rugi (robbins, et al 1993). Sementara itu, kebijakan akuntansi penilaian piutang usaha dipilih sebagai bagian dari kebijakan akuntansi yang dianalisis karena piutang usaha   adalah   akun   yang   relatif   besar   dan   faktor ketidak tertagihan piutang usaha sangat tidak pasti, sehingga dibutuhkan analisis yang baik untuk memilih kebijakan penilaian piutang. Secara lebih detail akan dibahas masing-masing kebijakan akuntansi.

1. Kebijakan akuntansi penilaian persediaan

Undang-undang  perpajakan no. 10 tahun 1994 pasal 10 ayat 6 memperbolehkan wajib pajak untuk memilih metode fifo atau rata-rata, sedangkan psak no. 14 memberikan alternatif  metode persediaan,  yaitu metode fifo, metode rata-rata dan metode lifo. Kedua pernyataan ini menyiratkan bahwa perusahaan diberi kebebasan untuk memilih  salah  satu  metode  akuntansi  yang diperkenankan.  Sebagaimana  didefinisikan  dalam  psak no. 14 bahwa persediaan merupakan  aktiva yang tersedia untuk dijual dalam  kegiatan   usaha  normal;  dalam  proses  produksi dan atau dalam perjalanan; atau dalam bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Berkaitan dengan definisi persediaan, maka paragraf 6 (psak no. 14) menyebutkan bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Seluruh biaya yang terdefinisi  dalam  persediaan  di  atas  harus diperhitungkan  dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (mpkp atau fifo), rata-rata (average    cost    method),    atau    masuk    terakhir    keluar pertama (mtkp atau lifo), kecuali untuk yang disebutkan dalam  paragraf  19  (psak  no.  14)  yaitu  biaya  yang berkaitan dengan identifikasi khusus yang merupakan atribusi biaya ke persediaan.

A.  Metode fifo
Asumsi yang digunakan dalam metode fifo adalah persediaan  yang  pertama  dibeli  akan  dijual  atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam  persediaan  akhir  adalah  yang  dibeli  atau diproduksi kemudian. Adanya asumsi ini, bukan berarti bahwa aliran fisik barang harus sama seperti asumsi tersebut. Fifo dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus biaya, yaitu dalam hal identifikasi biaya-biaya yang spesifik dianggap tidak praktis atau tidak mungkin dilaksanakan. Metode fifo digunakan dengan tujuan untuk mendekati aliran fisik barang. Pada saat yang bersamaan, metode fifo tidak memperkenankan  manipulasi laba karena perusahaan tidak bebas untuk memilih item-item harga perolehan tertentu  dibebankan  kepada  biaya  (kieso  dan weygandt, 1992). Nilai persediaan  akhir untuk metode fifo mendekati harga     perolehan     sekarang     (current     cost),     barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang dijual sehingga   jumlah  persediaan   akhir  tersusun   dari pembelian yang terbaru. Metode ini mencerminkan perputaran  persediaan  yang  sesungguhnya.  Pendekatan ini umumnya memberikan alasan yang mendekati replacement  cost pada neraca yang perubahan harganya tidak ada pada pembelian yang terakhir (kieso dan weygandt,  1992).  Kelemahan  dari  metode  ini  harga perolehan  sekarang tidak sebanding  dengan pendapatan sekarang pada laporan laba-rugi.
B.  Metode rata-rata

Asumsi metode rata-rata (average method) adalah bahwa    biaya   setiap   barang    ditentukan    berdasarkan biaya   rata-rata   dari   barang   yang   serupa   pada   awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi   selama   periode.   Pendekatan   ini   merupakan suatu   pendekatan   yang   realistis   dan   paralel   dengan arus barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik  ternyata  tercampur   baur.  Metode  harga perolehan  rata-rata  menetapkan  harga item-item  dalam persediaan berdasarkan harga perolehan rata-rata atas semua barang yang sama yang tersedia selama periode.
Kegunaan           metode           rata-rata           biasanya berdasarkan     alasan     praktik     daripada     konseptual.




Metode   ini   mudah   diaplikasikan,   obyektif,   dan   bukan subyek  untuk  memanipulasi  laba  seperti  metode persediaan   lain.  Selanjutnya,   pendukung   metode   rata- rata berargumentasi bahwa seringkali tidak mungkin mengukur aliran fisik secara khusus pada persediaan dan oleh  karenanya   metode  ini  lebih  baik  untuk  item-item harga pokok atas basis rata-rata harga. Argumentasi ini sebagian  meyakinkan  ketika persediaan  relatif homogen (kieso dan weygandt, 1992).
Penggunaan   angka   rata-rata   memungkinkan setiap harga beli mempengaruhi penilaian persediaan maupun  harga  pokok  penjualan.  Asumsi  yang dipergunakan dalam hal ini adalah bahwa kegiatan pembelian dan penjualan akan menghasilkan aggregation of cost (pengelompokan  atau penggabungan  biaya-biaya) dan  pembagiannya  kepada  barang  yang  dijual  dan barang   yang   masih   dalam   persediaan   dilakukan   atas dasar   satu   harga    tunggal.    Pada   metode    ini,   harga tunggal  diasumsikan  mewakili  satu unit cost dari semua barang yang ada dalam periode tertentu, tidak mencerminkan matching concept antara current cost dan current  revenue,  dan juga tidak mencerminkan  penilaian neraca atas dasar current cost.
C. Metode lifo
Asumsi   metode   lifo   adalah   bahwa   barang   yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih  dahulu sehingga  yang termasuk  dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.    Aliran   biaya   lifo   mendekati    aliran   fisik barang   yang   masuk   dan   barang   yang   keluar   dalam situasi yang pasti (kieso dan weygandt, 1992).
Pada masa inflasi metode akuntansi persediaan  lifo akan   menghasilkan   laba   yang   lebih   kecil      sehingga metode ini dijadikan proksi atas decreasing income sedangkan   metode   fifo   menghasilkan   laba   yang   lebih besar sehingga metode ini dijadikan sebagai proksi increasing income (lihat lee dan hsieh, 1985; dopuch dan pincus, 1988; chusing dan leclere, 1992; kieso, 1997; dan tuanakotta,   2000).  Perusahaan   di  indonesia   (yang terdaftar di bej) tidak ada satupun yang menerapkan metode  akuntansi  persediaan  lifo,  metode  yang diterapkan hanyalah fifo dan atau rata-rata, sehubungnan  dengan  hal  tersebut  maka       dalam penelitian ini metode akuntansi persediaan lifo dianalogkan dengan metode akuntansi persediaan rata- rata.   Metode   akuntansi   fifo   dan   rata-rata   walaupun tidak kontradiktif tetap menggambarkan karakteristik increasing    dan    decreasing    income.    Decreasing    income digambarkan  oleh  metode  rata-rata  sedangkan increasing income digambarkan oleh metode fifo. Perbedaan antara metode fifo dan metode rata-rata memang tidak mencolok, namun demikian  karena   inflasi yang   relatif tinggi, maka metode fifo dan metode rata- rata    perbedaannya menjadi besar. Tuanakotta (2000) mengungkapkan bahwa perbedaan metode akuntansi persediaan akan terjadi pada masa perubahan harga (inflasi).
Metode penilaian persediaan (ap2), metode persediaan diukur dengan memberi nilai 0 dan 1. Metode rata-rata dalam penelitian ini mencerminkan kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan  laba (menunda  pelaporan  laba) sehingga perusahaan yang menerapkan metode rata-rata diberi skor 0. Pilihan kebijakan akuntansi dikelompokkan dalam kebijakan yang dapat menaikkan laba jika perusahaan  tersebut yang mengkombinasikan  metode rata-rata dengan fifo atau perusahaan yang hanya menggunakan  metode  fifo.  Perusahaan  yang  hanya memilih  metode fifo atau mengkombinasikan  metode fifo dengan metode rata-rata ini diberi  skor 1.
2. Kebijakan akuntansi penyusutan
Pernyataan  standar  akuntansi  keuangan  (psak)  no. 17 mendefinisikan   penyusutan   sebagai   alokasi   sistematik jumlah  yang  dapat  disusutkan  dari  suatu  aktiva sepanjang masa manfaat. Baridwan (1995) menjelaskan bahwa depresiasi  adalah sebagian  dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Stice, stice, dan skousen (2002)  mendefinisikan  penyusutan  sebagai  alokasi sistematis  harga  pokok  asset  sepanjang  periode penggunaan assets tersebut.
Berdasarkan waktu penyusutan, metode penyusutan oleh stice et al. (2002)  dikelompokkan menjadi:

A.  Metode garis lurus
Metode  penyusutan  ini  mengalokasikan  harga perolehan sama besarnya setiap tahunnya. Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan paling  banyak  digunakan,  metode  ini  juga  akan memberikan  beban  yang  adil  pada  masa-masa pemanfaatan aktiva (machfoedz, 1999). Asumsi sederhana metode penyusutan garis lurus adalah assets mempunyai manfaat  yang  sama  setiap  periodenya   dan  penyusutan tidak dipengaruhi oleh variasi produktivitas dan efisiensi assets (stice, et al 2002). Sementara itu, baridwan (1995) mengungkapkan bahwa metode penyusutan garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut:
 1)  kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode
2)  biaya  reparasi  dan  pemeliharaan   tiap-tiap  periode jumlahnya relatif tetap.
3)  kegunaan   ekonomis   berkurang   karena   lewatnya waktu.
4)  penggunaan    (kapasitas)    aktiva    tiap-tiap    periode relatif tetap.

B.  Metode pembebanan menurun

Metode pembebanan menurun mengalokasikan beban pada tahun pertama lebih besar dibanding tahun-tahun berikutnya.   Metode   ini   didasarkan   pada   teori   bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan lebih efisien dibanding   dengan   aktiva   yang   lama   (baridwan,   1995). Selain itu, biaya reparasi untuk aktiva baru relatif lebih kecil dibanding aktiva yang lebih tua. Stice et al (2004) membagi  metode  penyusutan   pembebanan   menurun menjadi dua yaitu
1)  metode  jumlah  angka  tahun  (sum  of  the  yaer  digit method)
2)  metode   saldo   menurun/saldo    menurun   berganda (declining/double declining method)
Metode jumlah angka tahun, dalam metode ini penyusutan   dihitung   dengan   cara   mengalikan   bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Metode jumlah angka tahun akan membebankan penyusutan tiap tahun semakin kecil. Perhitungan metode jumlah angka tahun dilakukan   dengan   mengaplikasikan    rentetan   pecahan yang  secara  berturut-turut  selalu  lebih  kecil. Numerator dari pecahan adalah tahun terakhir masa manfaat aktiva sebagai numerator tahun pertama. Denumerator adalah jumlah tahun masa manfaat   dari aktiva dari 1 sampai masa manfaatnya berakhir.
Metode  saldo  menurun/saldo  menurun  berganda, metode ini membebankan penyusutan secara menurun dengan   mengalikan   persentase   yang   konstan   dengan nilai  buku  aktiva.  Dasar  yang  digunakan  adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus untuk metode saldo menurun dan dua kali persentase depresiasi dengan cara garis lurus untuk metode saldo menurun berganda.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya penyusutan aktiva tetap selama periode penyusutan  adalah  sama.  Sementara  itu  biaya penyusutan untuk perusahaan yang memilih kebijakan akuntansi penyusutan saldo menurun/saldo menurun berganda  atau  jumlah  angka  tahun  pada    tahun-tahun awal besar dan akan terus menurun seiring dengan berjalannya waktu. Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan  kebijakan  akuntansi  saldo menurun/saldo menurun   berganda   atau   kebijakan   akuntansi   jumlah angka   tahun   sebagai   proksi   dari   kebijakan   akuntansi yang menunda pelaporan laba (kebijakan akuntansi yang dapat menurukan  laba). Kebijakan akuntansi penyusutan dengan metode garis lurus mencerminkan kebijakan akuntansi yang dapat mempercepat pelaporan laba.
Data    laporan    keuangan    perusahaan    emiten    bej sealama      tahun      2000      sampai      dengan      tahun      2004 menunjukkan  bahwa tidak ada satupun perusahaan yang kebijakan  akuntansi  penyusutannya  hanya  memilih metode saldo menurun/saldo menurun berganda atau jumlah angka tahun. Sehubungan dengan itu, pada penelitian  ini  pengaruh  kebijakan  akuntansi  pada besarnya  laba  dikelompokkan  menjadi  kebijakan akuntansi  penyusutan  yang  memilih  metode  garis  lurus dan kebijakan akuntansi yang mengkombinasikan  antara kebijakan akuntansi penyusutan yang mengkombinasikan metode garis lurus dengan metode saldo menurun/saldo menurun berganda atau metode jumlah angka tahun. Perusahaan  yang  memilih  kebijakan  akuntansi  garis lurus   saja   diberi   skor   1,   kebijakan   ini   mencerminkan kebijakan yang mempercepat  pelaporan  laba. Sementarai itu skore 0 diberikan pada perusahaan yang mengkombinasikan kebijakan penyusutan garis lurus dengan saldo menurun/saldo menurun berganda atau metode jumlah angka tahun. Kebijakan kombinasi ini menunjukkan bahwa perusahaan mempercepat pengakuan biaya penyusutan, sehingga pelaporan laba menjadi tertunda (laba lebih rendah).

3. Kebijakan akuntansi penilaian piutang

Secara   teori,   semua   piutang   harus   dinilai   pada jumlah  yang  merepresentasikan  nilai sekarang  dari  kas yang  diharapkan  akan  diterima  dimasa  yang  akan datang.   Piutang   usaha   dinilai   sebesar   nilai   realisasi bersih  yaitu  nilai  yang  diharapkan  dapat  ditagih (bridwan 1995). Hal ini mengindikasikan bahwa penilaian piutang didasarkan pada piutang setelah dikurangi potongan   penjulan   dan  penghapusan   piutang. Penghapusan piutang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu direct write-off method dan allowance method.
Direct write-off method, pada metode ini kerugian piutang baru diakui pada waktu piutang  dihapuskan  dan penghapusan piutang baru dilakukan bila terdapat bukti-bukti yang jelas. Kebijakan ini akan mengakibatkan timbulnya  beban  dan  berdampak  pada  laba  rugi perusahaan hanya jika ada penghapusan piutang. Jika ada penghapusan piutang, perusahaan akan mencatat beban penghapusan piutang disisi debet dan  piutang usaha di sisi kredit.
Ketika menggunakan allowance method, sejumlah piutang  diestimasikan  tidak  dapat  ditagih.  Estimasi piutang yang tidak dapat ditagih ini dicatat dengan mendebit beban penghapusan piutang dan mengkredit penyisihan piutang ragu-ragu/piutang tak tertagih. Penggunaan metode ini berpengaruh langsung pada besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini disebabkan  perusahaan  dapat  mengakui  beban penghapusan piutang sebelum piutang tersebut benar- benar dihapus.
Berdasarkan  uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan penilaian piutang allowance method mengakui adanya biaya pengahapusan piutang sebelum piutang tersebut bedar-benar dihapus dan kebijakan penilaian   piutang   direct   method   menunjukkan   bahwa biaya penghapusan piutang hanya akan diakui setelah piutang  tersebut  benar-benar  tidak  dapat  tertagih.  Hal ini     menunjukkan      bahwa     allowance      method     akan mengakui biaya penghapusan piutang walaupun piutang tersebut belum benar-benar dihapuskan, sehingga laba perusahaan akan berkurang. Sehubungan dengan itu, perusahaan  yang memilih kebijakan akuntansi allowance method diberi skore 0 karena kebijakan ini menurunkan laba. Sementara itu, kebijakan direct method untuk penilaian piutang diberi skore 1 karena kebijakan ini menunda pelaporan biaya sehingga laba yang dilaporkan menjadi lebih besar.
Kebijakan   akuntansi   pada   penelitian   ini   didasarkan pada pengukuran yang dilakukan oleh missioner-pierra (2004) yang mengelompokkan kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba dan dan kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba diidentifikasikan dengan kombinasi kebijakan sebagai berikut:
1. Perusahaan   memilih   metode   penilaian   persediaan kombinasi rata-rata dengan fifo atau fifo saja, metode penyusutan  garis  lurus  dan metode  penilaian  piutang direct  method.
2.   Perusahaan     memilih     metode     penilaian     persediaan metode rata-rata, metode penyusutan garis lurus dan metode penilaian piutang  direct method.
3. Perusahaan   memilih   metode   penilaian   persediaan kombinasi metode rata-rata dengan fifo atau fifo saja, metode     kombinasi    penyusutan    garis   lurus    dengan saldo  menurun/saldo  menurun  berganda  atau jumlah angka tahun dan metode penilaian piutang    direct method .
4. Perusahaan   memilih   metode   penilaian   persediaan kombinasi rata-rata dengan fifo atau fifosaja, metode penyusutan  garis  lurus  dan metode  penilaian  piutang allowance method.
Perusahaan yang memilih salah satu dari keempat alternatif kombinasi di atas diberi skore 1. Sementara itu, skore 0 diberikan pada perusahaan yang kebijakan akuntansinya menunda pelaporan laba (kebijakan akuntansi    yang    dapat    menurunkan    laba).    Kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba diidentifikasikan dengan kombinasi kebijakan sebagai berikut:
1.   Perusahaan memilih metode penilaian persediaan rata- rata, metode penyusutan kombinasi garis lurus dengan saldo  menurun/saldo  menurun  berganda  atau jumlah angka tahun dan metode penilaian piutang   allowance method.
2. Perusahaan   memilih   metode   penilaian   persediaan kombinasi   garis   lurus   dengan   fifo   atau   fifo   saja, metode  penyusutan  kombinasi  garis lurus  dengan saldo  menurun/saldo  menurun  berganda  atau jumlah angka tahun dan metode penilaian piutang   allowance method.
3.   Perusahaan memilih metode penilaian persediaan rata- rata, metode penyusutan    garis lurus   dan metode penilaian piutang  allowance method.
4.   Perusahaan memilih metode penilaian persediaan rata- rata, metode penyusutan kombinasi garis lurus dengan saldo  menurun/saldo  menurun  berganda  atau jumlah angka tahun dan metode penilaian piutang    direct method.
Data   kebijakan   akuntansi   perusahaan   didapat   dari laporan  keuangan  tahunan  emiten  bej  dari  tahun  2000 sampai dengan 2004. Metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan disajikan pada bagian kebijakan akuntansi di laporan keuangan tahunan.
3.3.2.   Leverage (lev)

Leverage   perusahaan   didefinisikan   sebagai besarnya ketergantungan  perusahaan pada sumber dana yang berasal dari pinjaman. Leverage telah banyak digunakan  oleh peneliti terdahulu  sebagai proksi untuk debt covenant. Peneliti-peneliti  yang menggunakan proksi leverage  adalah  adalah  collins,  rozeff,  dan  dhaliwal (1981);  niehaus  (1989),  chusing  dan  leclere  (1992),  kuo  (1993) dan   christie   dan   zimmerman   (1994),   dan   missonier-piera (2004). Variabel   leverage perusahaan didapat dari total kewajiban  pada tahun t dibagi dengan total assets pada tahun t.
Data tentang total kewajiban dan total assets didapat dari neraca pada laporan keuangan tahunan. Selanjutnya  dihitung  besarnya  rasio  leverage. Selanjutnya rasio leverage ini diperbandingkan dengan rasio leverage yang didapat dari indonesian capital market  directory  (icmd)  tahun  2001  sampai  dengan  2004. Jika terjadi perbedaan, maka rasio leverage yang digunakan adalah rasio yang tertera di icmd. Perbedaan leverage dapat terjadi karena setelah tanggal neraca perusahaan melakukan revisi atas laporan keuangan.
3.3.3.   Bonus plan  (bon)

Scott (2000) mengemukakan  bahwa compensation  plan adalah  kontrak  agensi  antara  perusahaan  dan manajernya yang berusaha untuk menyelaraskan kepentingan pemilik dan manajer dengan kompensasi manajer berdasarkan satu atau lebih ukuran kinerja manajer dalam mengoperasionalkan perusahaan. Bonus plan adalah perencanaan bonus yang akan diterima oleh manajer   perusahaan   yang   didasarkan   pada   besarnya laba  akuntansi.  Variabel  ini  diukur  berdasarkan kebijakan  bonus, bila perusahaan   ada skema kompensasi diberi  skor  1,  dan  bila  tidak  menerapkan   sistem  bonus diberi  skor  0.  Proksi  ini  digunakan  oleh  peneliti terdahulu,  diantaranya  adalah hegerman dan zmijewski (1979),  skinner  (1993),  hunt  (1985),  press  dan  weintrop  (1990) dan robbins et al (1993). Data bonus plan didapat dari laporan keuangan tahunan emiten bej dibagian gambaran umum perusahaan.
3.3.4.   Kepemilikan manajeman (kpm)

Kepemilikan manajeman mengindikasikan besarnya kepentingan  manajeman  perusahaan  terhadap perencanaan  bonus.  Semakin  tinggi  kepemilikan manajeman  maka  keinginan  terhadap  bonus  semakin rendah dan semakin rendah kepemilikan manajeman maka keinginan  untuk  mendapatkan  bonus  semakin  tinggi (nihaus, 1988 dan berle dan mean, 1932). Kepemilikan manajeman diukur berdasarkan jumlah persentasi saham yang dimiliki oleh dewan komisaris dan atau dewan direktur pada tahun ke t. Proksi ini telah digunakan oleh niehaus (1988), dan bowen et al  (1999).
3.3.5.   Besarnya perusahaan (bp)

Besarnya  perusahaan  menunjukkan  kekayaan  yang dimiliki  perusahaan  yang  cenderung  mudah  dilihat  dan menjadi perhatian sejumlah stakeholder dan menjadi sasaran politik untuk melakukan redistribusi kekayaan (missonier-pierra,  2004,  dan  inoue  dan  thomas,  1996). Besarnya   perusahaansebagai   manifestasi   dari  political cost diukur dengan log natural total assets. Proksi ini diantaranya digunakan oleh morse dan richardson (1983), abdel khalik (1985) dopuch dan pincus (1988), lindahl (1989), lee dan hsieh (1985), zmijewski dan hegerman (1981) dan niehaus (1989). Total ssets perusahaan dapat dilihat di neraca pada laporan keuangan tahunan ataupun di icmd.
3.3.6.   Kekuatan buruh (kb)

Konflik yang terjadi antara manajeman dengan buruh dapat menjadi sumber political cost. Kekuatan buruh didefinisikan sebagai kemampuan buruh untuk menekan perusahaan  sehingga  kesejahteraan  buruh menjadi  lebih baik dengan cara transfer kekayaan dari perusahaan ke para buruh (missonier-pierra,  2004). Tekanan buruh diukur berdasarkan banyaknya karyawan yang dimiliki oleh pertusahaan pada tahun t. Sebagian besar penelitian terdahulu menggunakan ada tidaknya serikat pekerja di perusahaan sebagai proksi dari kekuatan buruh. Proksi ini tidak bisa dilakukan di indonesia karena seluruh perusahaan yang terdaftar di bej sudah memiliki serikat pekerja.       Penelitian       ini       menggunakan       banyaknya




Karyawan  sebagai  ukuran  kekuatan  buruh  karena jumlah karyawan yang banyak menunjukkan kekuatan buruh yang sebenarnya yang setiap permasalahan cenderung diselesaikan dengan demonstrasi. Banyaknya karyawan yang dimiliki perusahaan dapat dilihat di laporan keuangan tahunan pada bagian gambaran umum perusahaan.
3.3.7.   Konservatisme akuntansi perusahaan (kap)

Konservatisne akuntansi adalah ketika ada keraguan,  mengakui  semua kerugian  dan tidak mengakui beberapa keuntungan (stice et al., 2004). Konservatisme akuntansi perusahaan diukur berdasarkan gelar profesional  akuntan dan atau keanggotaan  pada ikatan akuntan indonesia (iai). Jika terdapat 1 atau lebih dewan komisaris dan atau dewan direksi yang bergelar akuntan dan atau menjadi anggota iai diberi skore 1 dan jika tidak ada satupun dari dewan komisaris dan atau dewan direksi yang bergelar akuntan dan atau menjadi anggota iai diberiskore 0. Ada tidaknya dewan direktur dan dewan komisaris yang bergelar akuntan dapat dilihat dari gambaran umum dari laporan keuangan tahunan perusahaan.

3.4. Teknik analisis
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji hipotesis (uji empiris) menggunakan regresi logistik.
A.  Statistik deskritif.
Statistik  deskriptif  digunakan  untuk mendiskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan untuk mendiskripsikan variabel leverage, kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, dan tekanan buruh adalah rata-rata dan median,  standar  deviasi,  maksimum,  dan  minimum. Sedangkan statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis  variabel  bonus  plan,  kebijakan  akuntansi, dan konservatisme akuntansi adalah modus.
B.  Pengujian hipotesis.

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi logistic. Regresi logistik (logit) dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data nominal  dan data  rasio,  variabel  dependen  berupa  data nominal dan independen berupa data rasio dan nominal sehingga regresi logit yang paling tepat digunakan. Ghozali  (2001)  mengemukakan  bahwa  asumsi  multivariate normal  distribution  tidak  dapat  dipenuhi  karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu   (metrik)   dan  kategorikal   (nonmetrik).   Dalam hal ini dapat dianalisis dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.
Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logistik, langkah  pertama  adalah  menilai  kelayakan  model regresi. Fit model dapat dilihat dari:
1.   Hosmer and lemeshow test.
Hosmer dan lemeshow menghipotesiskan :
Ho :    tidak     ada     perbedaan      yang     nyata     antara klasifikasi  yang diprediksi  dengan  klasifikasi yang diamati.
H1 :     ada   perbedaan   yang   nyata   antara   klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Dasar  pengambilan  keputusan  goodness  of fit test  yaitu diukur dengan nilai chi-square uji hosmer and  lemeshow :
A) jika probabilitas > 0,05  maka  ho diterima. B) jika probabilitas < 0,05  maka  ho ditolak.
Model dinyatakan fi jika h0 diterima, hal ini diindikasikan oleh nilai signifikansi yang lebih besar dari5%.
2.   Fungsi likelihood

Sebelum melakukan analisis terhadap regresi logit langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data  dengan fungsi likelihood (ghozali, 2001). Hipotesis untuk menilai model fit adalah: model yang dihipotesiskan fit dengan data. Dalam pengujian model fit likelihood  (l) ditransformasikan  menjadi  -2logl.  Ghozali (2001) menyebutkan bahwa statistik -2logl kadang-kadang disebut  likehood  rasio       χ2   statistics,  dengan  demikian maka   pengujian    atas   fit   model   ini   dapat   dilakukan dengan   membandingkan   antara   nilai  –2logl   dengan   χ2
Tabel pada df (n-q). Pengujian model fit dilakukan dengan

Membandingkan selisih antara -2logl yang hanya memasukkan konstanta dengan -2logl untuk model yang memasukkan konstanta dan variabel independen yang diteliti  pada  df  ((n-q  konstanta)    (n-q  konstanta  dan  independen   ))
Dengan χ2  pada df ((n-q konstanta) – (n-q konstanta dan independen  )).

Hipotesis  akan diterima  jika ∆-2logl < χ2  pada df (n-q) dan sebaliknya    jika ∆-2logl  > χ2  pada  df (n-q) maka  hipotesis ditolak.
Selain menguji fit model, sebelum menguji hipotesis juga  akan  dilakukan  pengujian  multikolinieritas. Pengujian ini dilakukan untuk melihat independensi hubungan  antar variable  independent.  Multikolinieritas diuji  dengan  mengkorelasikan  antar  variable independent. Multikolinieritas terjadi bila nilai korelasinya lebih besar dari 0,8.
Hipotesis   1   sampai   dengan   hipotesis   6   didasarkan pada persamaan 1 dibawah ini yang terkait dengan model
Penelitian 1.
Ka ln 1− ka = β0 + β1lev + β2 bon+ β3kpm+ β4 bp+ β5kb+ β6kap+ ε                                      1)
Keterangan
Lev    = leverage bon   = bonus plan
Kpm   = kepemilikan manjeman bp       = besarnya perusahaan kb      = kekuatan buruh
Kap    = konservatisme akuntansi perusahaan ka      = kebijakan akuntansi
Β         = koefisien regresi
Hipotesis 7 dan hipotesis 8 terkait dengan model 2 dan diuji dengan menggunakan persamaan 2 dibawah ini:

Ka ln1− ka = β0 + β1lev + β2bon+ β3kpm+ β4bp+ β5kb+ β6kapbon+ β7 kaplev+ ε          2)

Model  3  penelitian  ini  terkait  dengan  hipotesis  9  dan  10 dan diuji berdasarkan model regresi logistic berikut:
Ka ln 1− ka = β0 + β1lev + β2bon+ β3kpm+ β4bp+ β5kb+ β6bonxlev+ β7 bonxpb+ ε         3)

Analisis  pengujian  hipotesis  dengan  logit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.   Tingkat signifikansi (α) yang digunakan  sebesar  5%.
2. Kriteria    penerimaan     atau    penolakan    hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value (prob value). Jika p value (signifikansi)  > α,  maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p value < α, maka hipotesis diterima.

No comments:

Post a Comment