Bab Iii Metode Penelitian
3.1 Populasi Dan Sampel
Obyek  dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta dengan mengacu pada
perusahaan-perusahaan  manufaktur yang
termuat di capital market directory indonesia tahun 20001-2005. Penelitian
dilakukan  pada perusahaan  manufaktur 
karena  perusahaan  manufaktur 
regulasi akuntansinya tidak seketat perusahaan keuangan dan perbankan
sehingga perilaku manajeman terkait dengan kebijakan akuntansi dapat lebih
dijelaskan. Objek penelitian yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan  yang listing di bursa efek jakarta (bej) dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Hal ini menunjukan bahwa  penelitian 
yang  dilakukan  mengkombinasikan  antara 
cross  section  dan time-series,   disebut  
juga   pooling   data  
atau   data   panel.  
Data   panel   akan memberikan data yang lebih informatif,
lebih bervariasi, tingkat kolinieritas antar variabel menjadi rendah, lebih
besar degree of fredoomnya, dan lebih efisien (ghozali, 2006; cochran, 2001).
Perusahaan  manufaktur 
secara  panel  yang 
terdaftar  di  bursa 
efek  jakarta untuk  tahun 
2000-2004  sebanyak  767 
perusahaan.  Selanjutnya  untuk mempermudah  dan mempertajam analisis ditentukan
kriteria-kriteria  perusahaan yang  dapat 
dijadikan  anggota  sampel. 
Sehubungan  dengan  penetapan 
kriteria- kriteria sampel maka teknik sampling yang dilakukan adalah
purposive sampling dengan tipe judgmental 
sampling.  Berdasarkan   permasalahan 
dalam penelitian dan tujuan penelitian maka ditentukan kriteria-kriteria
sampel sebagai berikut:
1.   Perusahaan 
pada tahun  analisis  tidak 
sedang  mengalami  kerugian. 
Perilaku manajeman pada perusahaan yang rugi berbeda dengan perilaku
manajeman perusahaan yang laba, sehingga jika analisis dilakukan pada kedua
kondisi ini akan memberikan hasil yang bias dan tidak fokus. Kriteria ini
dipilih dengan asumsi bahwa pada perusahaan yang rugi, manajeman tidak akan
memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Sementara itu, pada
perusahaan  yang laba manajeman  mempunyai 
kemungkinan  untuk  memilih kebijakan akuntansi yang dapat
menaikkan laba atau kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Selain itu,
kriteria sampel ini dipilih dengan maksud agar diperoleh gambaran yang lebih
jelas trade off atas konflik kepentingan dari interaksi antara manajeman dengan
stockholder (bonus plan) dan antara manajeman dengan pihak ketiga (political
cost).
2. Pada  tahun  
analisis   perusahaan   tidak  
merubah kebijakan akuntansi dari kebijakan akuntansi yang dapat   menaikkan  
laba   menjadi   kebijakan  
akuntansi yang dapat menurunkan laba atau dari kebijakan akuntansi yang
dapat menurunkan laba menjadi kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba.
Kriteria ini dimaksudkan agar terlihat secara jelas kebijakan akuntansi yang
dipilih perusahaan.
3.   Laporan keuangan perusahaan telah diaudit
oleh kantor akuntan publik. Data laporan keuangan perusahaan   yang sudah diaudit oleh akuntan publik
menunjukkan   bahwa   data  
tersebut   telah   diverifikasi   oleh  
pihak   yang independen sehingga
data menjadi valid dan reliabel. Tabel 
3.1. Di bawah 
menginformasikan  tentang  sampel dalam penelitian ini.
Laporan keuangan
untuk 269 unit sampel tidak tersedia  
di   pusat   referensi 
 pasar   modal  
bursa   efek jakarta. Data yang
tidak tersedia ini disebabkan sebagian dari laporan keuangan tahunan hilang
atau laporan keuangan   tahunan   hilang 
sementara   itu  sebanyak  
195 unit sampel, laporan keuangannya menunjukkan bahwa perusahaan  tersebut 
rugi.  Populasi  yang 
memenuhi kriteria   sebanyak 303
unit sampel. Sementara itu, data sebanyak 30 sampel outlier dan dikeluarkan
dari analisis. Sampel yang ambil dalam penelitian ini sebanyak 273 unit sampel  (perusahaan).   Jumlah  
sampel   ini  setara  
dengan 35,6% dari seluruh populasi.
3.2.teknik
pengumpulan data
 data  
dalam   penelitian   ini 
adalah   data   sekunder yang didapat dari laporan tahunan
perusahaan- perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta (bej) untuk periode
2000 sampai dengan 2004. Laporan keuangan emiten bursa efek jakarta  sebelum 
dilaporkan  ke badan pengawas
pasar modal dan sebelum dipublikasikan 
harus diaudit oleh auditor independen. Laporan keuangan yang telah
diaudit  oleh auditor  independen 
menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut adalah valid dan
reliabel.    Laporan    keuangan   
tahunan    diperoleh    dari pusat 
referensi  pasar  modal 
(prpm)  bej. Selain  dari prpm, laporan  keuangan  
tahunan   juga  didapat 
dengan  cara men-download dari  www.jsx.co.id.
Variabel  kebijakan 
akuntansi  bersumber  dari catatan atas laporan keungan yang ada
pada laporan tahunan. Variabel ini diidentifikasikan dengan cara melihat metode
penilaian persediaan, metode penyusutan dan metode penilaian piutang usaha yang
digunakan oleh perusahaan. Varibel leverage didapat dari indonesia capital
market directory (icmd) pada bagian rasio-rasio keuangan  (financial 
ratios). Variabel  bonus plan
didapat dengan cara mengidentifikasikan apakah perusahaan memberikan bonus pada
manajemen ataukah tidak. Informasi 
tentang  bonus  tertera 
pada  gambaran  umum perusahaan sebagai bagian dari catatan
atas laporan keuangan. Data kepemilikan manajemen bersumber dari catatan  atas 
laporan  keuangan  yang 
menjelaskan tentang   komposisi   kepemilikan  
perusahaan   (penjelasan dari
laporan stockholders equity)
Besarnya
perusahaan pada penelitian ini diukur dengan log natural total assets. Data
total assets bersumber  dari neraca pada
laporan  keuangan  tahunan emiten yang disampaikan ke badan
pengawas pasar modal. Kekuatan buruh sebagai proksi dari political cost diukur
dengan banyaknya karyawan. Data tentang jumlah karyawan didapat dari gambaran
umum perusahaan pada catatan atas laporan keuangan untuk laporan tahunan.
Nilai konservatisme
akuntansi diukur dengan ada tidaknya akuntan pada jajaran dewan komisaris atau
dewan direksi. Data tentang akuntan yang menjabat sebagai dewan komisaris atau
dewan direksi didapat dari komposisi 
dewan  direktur  dan 
dewan  direksi  yang tertera pada gambaran umum laporan
tahunan perusahaan.
3.3. Operasionalisasi
dan pengukuran variabel
Sesuai   dengan  
tujuan   penelitian,   kerangka  
teorities   dan   hipotesis, penelitian ini merupakan
penelitian kausal yang melihat hubungan antar variabel. Variabel leverage,
bonus plan,  kepemilikan manajeman,
besarnya perusahaan, tekanan   buruh   dan      
konservatisme    akuntansi   perusahaan  
mempengaruhi manajeman  dalam
pemilihan  kebijakan  akuntansi. 
Hal ini menunjukkan  bahwa
kebijakan akuntansi adalah variabel dependen dan yang lainnya adalah variabel
independen. Sesuai dengan tujuan penelitian dan perumusan masalah dalam bab 1,
maka analisis yang dilakukan didasarkan pada tiga model penelitian yaitu:
1.   Model pertama, variabel dependen adalah
kebijakan akuntansi dan variabel independen terdiri dari leverage, bonus plan,
kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, tekanan buruh dan konservatisme
akuntansi perusahaan
2.   Model kedua, variabel dependen kebijakan
akuntansi, variabel independen meliputi leverage dan bonus plan, variabel
interaksi adalah konservatisme akuntansi perusahaan, dan variabel kontrolnya
adalah kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan, dan tekanan buruh.
3.   Model ketiga, variabel dependen kebijakan
akuntansi, variabel independen leverage dan besarnya perusahaan, variabel
interaksi adalah bonus plan pengukuran 
dan  pendefinisian  variabel 
yang  digunakan  dalam 
penelitian  ini adalah sebagai
berikut:
3.3.1.   Kebijakan akuntansi
Kebijakan  akuntansi 
adalah  proses  pemilihan metode pelaporan alternatif, sistem
pengukuran, dan teknik pengungkapan 
tertentu dari semua yang mungkin tersedia untuk pelaporan keuangan oleh
perusahaan kebijakan  akuntansi  dalam penelitian  ini identik dengan multiple method choices
dari field, et al (2001), accounting method strategies dari missonier-pierra
(2004), accounting choices  
strategy   dari   robbins,  
et   al   (1996) 
 dan   income strategy  dari 
inoue  dan  thomas 
(1993).  Inoue  dan 
thomas (1993) mendefinisikan 
kebijakan  akuntansi  sebagai 
jumlah prosedur akuntansi yang dapat menaikkan laba dalam portofolio  prosedur 
akuntansi  perusahaan.  Lebih lanjut missonier-pierra  (2004) mempertimbangkan  bahwa strategi pemilihan akuntansi adalah
satu paket kebijakan akuntansi sebagai sebuah kebijakan tunggal yang
komprehensif.
Kebijakan
akuntansi adalah strategi pemilihan metode akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan. Strategi  laba  yang 
dikembangkan   dalam  penelitian 
ini juga dilakukan oleh hegerman dan zmijewski (1981) robbin, turpin dan
polinski (1993), meyer et al. (2000), skinner (1993), hand (1998) dan
missonier-piera  (2004). Kebijakan  akuntansi perusahaan dapat dikelompokkan
sebagai kebijakan akuntansi yang dapat mempercepat pelaporan laba (kebijakan
yang dapat menaikkan laba) atau kebijakan akuntansi  yang 
dapat  menunda  pelaporan 
laba (kebijakan  akuntansi  yang 
dapat  menaikkan  laba) (robbins, et al 1993; missonier-pierra,
2004).
 kebijakan 
akuntansi  yang  dianalisis 
dalam penelitian   ini   adalah  
satu   paket   kebijakan  
akuntansi yang  terdiri  dari 
kebijakan  penilaian  persediaan, kebijakan  akuntansi 
penyusutan  aktiva  tetap 
dan kebijakan akuntansi penilaian piutang usaha. Ketiga kebijakan
akuntansi ini dipilih sebagai bagian kebijakan yang  dianalisis  
karena  ketiga  kebijakan  
akuntansi   ini ada  disetiap 
perusahaan  manufaktur.  Kebijakan akuntansi penilaian persediaan dan
metode penyusutan juga sudah dianalisis oleh peneliti terdahulu sehingga
validitasnya sudah dapat diandalkan sebagai cerminan dari kebijakan  akuntansi 
perusahaan.  Selain  itu, metode penilaian persediaan dan metode
penyusutan aktiva tetap mempunyai pengaruh yang sangat besar pada pelaporan
laba rugi (robbins, et al 1993). Sementara itu, kebijakan akuntansi penilaian
piutang usaha dipilih sebagai bagian dari kebijakan akuntansi yang dianalisis
karena piutang usaha   adalah   akun  
yang   relatif   besar  
dan   faktor ketidak tertagihan
piutang usaha sangat tidak pasti, sehingga dibutuhkan analisis yang baik untuk
memilih kebijakan penilaian piutang. Secara lebih detail akan dibahas
masing-masing kebijakan akuntansi.
1. Kebijakan
akuntansi penilaian persediaan
Undang-undang  perpajakan no. 10 tahun 1994 pasal 10 ayat 6
memperbolehkan wajib pajak untuk memilih metode fifo atau rata-rata, sedangkan
psak no. 14 memberikan alternatif  metode
persediaan,  yaitu metode fifo, metode
rata-rata dan metode lifo. Kedua pernyataan ini menyiratkan bahwa perusahaan
diberi kebebasan untuk memilih 
salah  satu  metode 
akuntansi  yang diperkenankan.  Sebagaimana 
didefinisikan  dalam  psak no. 14 bahwa persediaan merupakan  aktiva yang tersedia untuk dijual dalam  kegiatan  
usaha  normal;  dalam 
proses  produksi dan atau dalam
perjalanan; atau dalam bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa. Berkaitan dengan definisi persediaan, maka
paragraf 6 (psak no. 14) menyebutkan bahwa biaya persediaan harus meliputi
semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Seluruh biaya yang terdefinisi  dalam  persediaan 
di  atas  harus diperhitungkan  dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama
keluar pertama (mpkp atau fifo), rata-rata (average    cost   
method),    atau    masuk   
terakhir    keluar pertama (mtkp
atau lifo), kecuali untuk yang disebutkan dalam 
paragraf  19  (psak 
no.  14)  yaitu 
biaya  yang berkaitan dengan
identifikasi khusus yang merupakan atribusi biaya ke persediaan.
A.  Metode fifo
Asumsi yang
digunakan dalam metode fifo adalah persediaan 
yang  pertama  dibeli 
akan  dijual  atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang
tertinggal dalam  persediaan  akhir 
adalah  yang  dibeli 
atau diproduksi kemudian. Adanya asumsi ini, bukan berarti bahwa aliran
fisik barang harus sama seperti asumsi tersebut. Fifo dianggap sebagai suatu
pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus biaya, yaitu dalam hal
identifikasi biaya-biaya yang spesifik dianggap tidak praktis atau tidak
mungkin dilaksanakan. Metode fifo digunakan dengan tujuan untuk mendekati
aliran fisik barang. Pada saat yang bersamaan, metode fifo tidak memperkenankan  manipulasi laba karena perusahaan tidak bebas
untuk memilih item-item harga perolehan tertentu  dibebankan 
kepada  biaya  (kieso 
dan weygandt, 1992). Nilai persediaan 
akhir untuk metode fifo mendekati harga     perolehan     sekarang     (current     cost), 
   barang pertama yang dibeli
adalah barang pertama yang dijual sehingga  
jumlah  persediaan   akhir 
tersusun   dari pembelian yang
terbaru. Metode ini mencerminkan perputaran 
persediaan  yang  sesungguhnya. 
Pendekatan ini umumnya memberikan alasan yang mendekati replacement  cost pada neraca yang perubahan harganya
tidak ada pada pembelian yang terakhir (kieso dan weygandt,  1992). 
Kelemahan  dari  metode 
ini  harga perolehan  sekarang tidak sebanding  dengan pendapatan sekarang pada laporan
laba-rugi.
B.  Metode rata-rata
Asumsi metode
rata-rata (average method) adalah bahwa   
biaya   setiap   barang   
ditentukan    berdasarkan
biaya   rata-rata   dari  
barang   yang   serupa  
pada   awal periode dan biaya
barang serupa yang dibeli atau diproduksi 
 selama   periode.  
Pendekatan   ini   merupakan suatu   pendekatan  
yang   realistis   dan  
paralel   dengan arus barang,
khususnya jika unit-unit persediaan yang identik  ternyata 
tercampur   baur.  Metode 
harga perolehan  rata-rata  menetapkan 
harga item-item  dalam persediaan
berdasarkan harga perolehan rata-rata atas semua barang yang sama yang tersedia
selama periode.
Kegunaan           metode           rata-rata           biasanya berdasarkan     alasan    
praktik     daripada     konseptual.
Metode   ini  
mudah   diaplikasikan,   obyektif,  
dan   bukan subyek  untuk 
memanipulasi  laba  seperti 
metode persediaan   lain.  Selanjutnya,  
pendukung   metode   rata- rata berargumentasi bahwa seringkali
tidak mungkin mengukur aliran fisik secara khusus pada persediaan dan oleh  karenanya  
metode  ini  lebih  baik  untuk 
item-item harga pokok atas basis rata-rata harga. Argumentasi ini
sebagian  meyakinkan  ketika persediaan  relatif homogen (kieso dan weygandt, 1992).
Penggunaan   angka  
rata-rata   memungkinkan setiap
harga beli mempengaruhi penilaian persediaan maupun  harga 
pokok  penjualan.  Asumsi 
yang dipergunakan dalam hal ini adalah bahwa kegiatan pembelian dan
penjualan akan menghasilkan aggregation of cost (pengelompokan  atau penggabungan  biaya-biaya) dan  pembagiannya 
kepada  barang  yang 
dijual  dan barang   yang  
masih   dalam   persediaan  
dilakukan   atas dasar   satu  
harga    tunggal.    Pada  
metode    ini,   harga tunggal  diasumsikan 
mewakili  satu unit cost dari semua
barang yang ada dalam periode tertentu, tidak mencerminkan matching concept
antara current cost dan current 
revenue,  dan juga tidak
mencerminkan  penilaian neraca atas dasar
current cost.
C. Metode lifo
Asumsi   metode  
lifo   adalah   bahwa  
barang   yang dibeli atau
diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih  dahulu sehingga  yang termasuk 
dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi
terdahulu.    Aliran   biaya  
lifo   mendekati    aliran  
fisik barang   yang   masuk  
dan   barang   yang  
keluar   dalam situasi yang pasti
(kieso dan weygandt, 1992).
Pada masa
inflasi metode akuntansi persediaan  lifo
akan   menghasilkan   laba  
yang   lebih   kecil     
sehingga metode ini dijadikan proksi atas decreasing income
sedangkan   metode   fifo  
menghasilkan   laba   yang  
lebih besar sehingga metode ini dijadikan sebagai proksi increasing
income (lihat lee dan hsieh, 1985; dopuch dan pincus, 1988; chusing dan
leclere, 1992; kieso, 1997; dan tuanakotta,  
2000).  Perusahaan   di  indonesia   (yang terdaftar di bej) tidak ada satupun
yang menerapkan metode  akuntansi  persediaan 
lifo,  metode  yang diterapkan hanyalah fifo dan atau
rata-rata, sehubungnan  dengan  hal 
tersebut  maka       dalam penelitian ini metode akuntansi
persediaan lifo dianalogkan dengan metode akuntansi persediaan rata- rata.   Metode  
akuntansi   fifo   dan  
rata-rata   walaupun tidak
kontradiktif tetap menggambarkan karakteristik increasing    dan   
decreasing    income.    Decreasing    income digambarkan  oleh 
metode  rata-rata  sedangkan increasing income digambarkan oleh
metode fifo. Perbedaan antara metode fifo dan metode rata-rata memang tidak
mencolok, namun demikian  karena   inflasi yang   relatif tinggi, maka metode fifo dan metode rata-
rata    perbedaannya menjadi besar.
Tuanakotta (2000) mengungkapkan bahwa perbedaan metode akuntansi persediaan
akan terjadi pada masa perubahan harga (inflasi).
Metode penilaian
persediaan (ap2), metode persediaan diukur dengan memberi nilai 0 dan 1. Metode
rata-rata dalam penelitian ini mencerminkan kebijakan akuntansi yang dapat
menurunkan  laba (menunda  pelaporan 
laba) sehingga perusahaan yang menerapkan metode rata-rata diberi skor
0. Pilihan kebijakan akuntansi dikelompokkan dalam kebijakan yang dapat menaikkan
laba jika perusahaan  tersebut yang
mengkombinasikan  metode rata-rata dengan
fifo atau perusahaan yang hanya menggunakan 
metode  fifo.  Perusahaan 
yang  hanya memilih  metode fifo atau mengkombinasikan  metode fifo dengan metode rata-rata ini
diberi  skor 1.
2. Kebijakan
akuntansi penyusutan
Pernyataan  standar 
akuntansi  keuangan  (psak) 
no. 17 mendefinisikan  
penyusutan   sebagai   alokasi  
sistematik jumlah  yang  dapat 
disusutkan  dari  suatu 
aktiva sepanjang masa manfaat. Baridwan (1995) menjelaskan bahwa
depresiasi  adalah sebagian  dari harga perolehan aktiva tetap yang secara
sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Stice, stice,
dan skousen (2002)  mendefinisikan  penyusutan 
sebagai  alokasi sistematis  harga 
pokok  asset  sepanjang 
periode penggunaan assets tersebut.
Berdasarkan
waktu penyusutan, metode penyusutan oleh stice et al. (2002)  dikelompokkan menjadi:
A.  Metode garis lurus
Metode  penyusutan 
ini  mengalokasikan  harga perolehan sama besarnya setiap tahunnya.
Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan paling  banyak 
digunakan,  metode  ini 
juga  akan memberikan  beban 
yang  adil  pada 
masa-masa pemanfaatan aktiva (machfoedz, 1999). Asumsi sederhana metode
penyusutan garis lurus adalah assets mempunyai manfaat  yang 
sama  setiap  periodenya  
dan  penyusutan tidak dipengaruhi
oleh variasi produktivitas dan efisiensi assets (stice, et al 2002). Sementara
itu, baridwan (1995) mengungkapkan bahwa metode penyusutan garis lurus
didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut:
 1) 
kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional
setiap periode
2)  biaya 
reparasi  dan  pemeliharaan  
tiap-tiap  periode jumlahnya
relatif tetap.
3)  kegunaan  
ekonomis   berkurang   karena  
lewatnya waktu.
4)  penggunaan   
(kapasitas)    aktiva    tiap-tiap   
periode relatif tetap.
B.  Metode pembebanan menurun
Metode
pembebanan menurun mengalokasikan beban pada tahun pertama lebih besar
dibanding tahun-tahun berikutnya.  
Metode   ini   didasarkan  
pada   teori   bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan
lebih efisien dibanding   dengan   aktiva  
yang   lama   (baridwan,  
1995). Selain itu, biaya reparasi untuk aktiva baru relatif lebih kecil
dibanding aktiva yang lebih tua. Stice et al (2004) membagi  metode 
penyusutan   pembebanan   menurun menjadi dua yaitu
1)  metode 
jumlah  angka  tahun 
(sum  of  the 
yaer  digit method)
2)  metode  
saldo   menurun/saldo    menurun  
berganda (declining/double declining method)
Metode jumlah
angka tahun, dalam metode ini penyusutan  
dihitung   dengan   cara  
mengalikan   bagian pengurang yang
setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.
Metode jumlah angka tahun akan membebankan penyusutan tiap tahun semakin kecil.
Perhitungan metode jumlah angka tahun dilakukan   dengan  
mengaplikasikan    rentetan   pecahan yang 
secara  berturut-turut  selalu 
lebih  kecil. Numerator dari pecahan
adalah tahun terakhir masa manfaat aktiva sebagai numerator tahun pertama.
Denumerator adalah jumlah tahun masa manfaat  
dari aktiva dari 1 sampai masa manfaatnya berakhir.
Metode  saldo 
menurun/saldo  menurun  berganda, metode ini membebankan penyusutan
secara menurun dengan   mengalikan   persentase  
yang   konstan   dengan nilai 
buku  aktiva.  Dasar 
yang  digunakan  adalah persentase depresiasi dengan cara
garis lurus untuk metode saldo menurun dan dua kali persentase depresiasi
dengan cara garis lurus untuk metode saldo menurun berganda.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya penyusutan aktiva tetap
selama periode penyusutan  adalah  sama. 
Sementara  itu  biaya penyusutan untuk perusahaan yang
memilih kebijakan akuntansi penyusutan saldo menurun/saldo menurun
berganda  atau  jumlah 
angka  tahun  pada   
tahun-tahun awal besar dan akan terus menurun seiring dengan berjalannya
waktu. Sehubungan dengan itu, penelitian ini menggunakan  kebijakan 
akuntansi  saldo menurun/saldo
menurun   berganda   atau  
kebijakan   akuntansi   jumlah angka   tahun  
sebagai   proksi   dari  
kebijakan   akuntansi yang menunda
pelaporan laba (kebijakan akuntansi yang dapat menurukan  laba). Kebijakan akuntansi penyusutan dengan
metode garis lurus mencerminkan kebijakan akuntansi yang dapat mempercepat
pelaporan laba.
Data    laporan  
 keuangan    perusahaan    emiten   
bej sealama      tahun      2000     
sampai      dengan      tahun     
2004 menunjukkan  bahwa tidak ada
satupun perusahaan yang kebijakan 
akuntansi  penyusutannya  hanya 
memilih metode saldo menurun/saldo menurun berganda atau jumlah angka
tahun. Sehubungan dengan itu, pada penelitian 
ini  pengaruh  kebijakan 
akuntansi  pada besarnya  laba 
dikelompokkan  menjadi  kebijakan akuntansi  penyusutan 
yang  memilih  metode 
garis  lurus dan kebijakan
akuntansi yang mengkombinasikan  antara
kebijakan akuntansi penyusutan yang mengkombinasikan metode garis lurus dengan
metode saldo menurun/saldo menurun berganda atau metode jumlah angka tahun.
Perusahaan  yang  memilih 
kebijakan  akuntansi  garis lurus  
saja   diberi   skor  
1,   kebijakan   ini  
mencerminkan kebijakan yang mempercepat 
pelaporan  laba. Sementarai itu
skore 0 diberikan pada perusahaan yang mengkombinasikan kebijakan penyusutan
garis lurus dengan saldo menurun/saldo menurun berganda atau metode jumlah angka
tahun. Kebijakan kombinasi ini menunjukkan bahwa perusahaan mempercepat
pengakuan biaya penyusutan, sehingga pelaporan laba menjadi tertunda (laba
lebih rendah).
3. Kebijakan
akuntansi penilaian piutang
Secara   teori,  
semua   piutang   harus  
dinilai   pada jumlah  yang 
merepresentasikan  nilai
sekarang  dari  kas yang 
diharapkan  akan  diterima 
dimasa  yang  akan datang.  
Piutang   usaha   dinilai  
sebesar   nilai   realisasi bersih  yaitu 
nilai  yang  diharapkan 
dapat  ditagih (bridwan 1995). Hal
ini mengindikasikan bahwa penilaian piutang didasarkan pada piutang setelah
dikurangi potongan   penjulan   dan 
penghapusan   piutang. Penghapusan
piutang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu direct write-off method dan
allowance method.
Direct write-off
method, pada metode ini kerugian piutang baru diakui pada waktu piutang  dihapuskan 
dan penghapusan piutang baru dilakukan bila terdapat bukti-bukti yang
jelas. Kebijakan ini akan mengakibatkan timbulnya  beban 
dan  berdampak  pada 
laba  rugi perusahaan hanya jika
ada penghapusan piutang. Jika ada penghapusan piutang, perusahaan akan mencatat
beban penghapusan piutang disisi debet dan 
piutang usaha di sisi kredit.
Ketika
menggunakan allowance method, sejumlah piutang 
diestimasikan  tidak  dapat 
ditagih.  Estimasi piutang yang
tidak dapat ditagih ini dicatat dengan mendebit beban penghapusan piutang dan
mengkredit penyisihan piutang ragu-ragu/piutang tak tertagih. Penggunaan metode
ini berpengaruh langsung pada besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini
disebabkan  perusahaan  dapat 
mengakui  beban penghapusan
piutang sebelum piutang tersebut benar- benar dihapus.
Berdasarkan  uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan penilaian piutang allowance method mengakui adanya biaya pengahapusan
piutang sebelum piutang tersebut bedar-benar dihapus dan kebijakan
penilaian   piutang   direct  
method   menunjukkan   bahwa biaya penghapusan piutang hanya akan
diakui setelah piutang  tersebut  benar-benar 
tidak  dapat  tertagih. 
Hal ini     menunjukkan      bahwa    
allowance      method     akan mengakui biaya penghapusan piutang
walaupun piutang tersebut belum benar-benar dihapuskan, sehingga laba
perusahaan akan berkurang. Sehubungan dengan itu, perusahaan  yang memilih kebijakan akuntansi allowance
method diberi skore 0 karena kebijakan ini menurunkan laba. Sementara itu,
kebijakan direct method untuk penilaian piutang diberi skore 1 karena kebijakan
ini menunda pelaporan biaya sehingga laba yang dilaporkan menjadi lebih besar.
Kebijakan   akuntansi  
pada   penelitian   ini  
didasarkan pada pengukuran yang dilakukan oleh missioner-pierra (2004)
yang mengelompokkan kebijakan akuntansi yang dapat menaikkan laba dan dan
kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba. Kebijakan akuntansi yang dapat
menaikkan laba diidentifikasikan dengan kombinasi kebijakan sebagai berikut:
1.
Perusahaan   memilih   metode  
penilaian   persediaan kombinasi
rata-rata dengan fifo atau fifo saja, metode penyusutan  garis 
lurus  dan metode  penilaian 
piutang direct  method.
2.   Perusahaan     memilih    
metode     penilaian     persediaan metode rata-rata, metode
penyusutan garis lurus dan metode penilaian piutang  direct method.
3.
Perusahaan   memilih   metode  
penilaian   persediaan kombinasi
metode rata-rata dengan fifo atau fifo saja, metode     kombinasi   
penyusutan    garis   lurus   
dengan saldo  menurun/saldo  menurun 
berganda  atau jumlah angka tahun
dan metode penilaian piutang    direct
method .
4.
Perusahaan   memilih   metode  
penilaian   persediaan kombinasi
rata-rata dengan fifo atau fifosaja, metode penyusutan  garis 
lurus  dan metode  penilaian 
piutang allowance method.
Perusahaan yang
memilih salah satu dari keempat alternatif kombinasi di atas diberi skore 1.
Sementara itu, skore 0 diberikan pada perusahaan yang kebijakan akuntansinya
menunda pelaporan laba (kebijakan akuntansi   
yang    dapat    menurunkan    laba).   
Kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba diidentifikasikan dengan
kombinasi kebijakan sebagai berikut:
1.   Perusahaan memilih metode penilaian
persediaan rata- rata, metode penyusutan kombinasi garis lurus dengan
saldo  menurun/saldo  menurun 
berganda  atau jumlah angka tahun
dan metode penilaian piutang   allowance
method.
2.
Perusahaan   memilih   metode  
penilaian   persediaan
kombinasi   garis   lurus  
dengan   fifo   atau  
fifo   saja, metode  penyusutan 
kombinasi  garis lurus  dengan saldo 
menurun/saldo  menurun  berganda 
atau jumlah angka tahun dan metode penilaian piutang   allowance method.
3.   Perusahaan memilih metode penilaian
persediaan rata- rata, metode penyusutan   
garis lurus   dan metode penilaian
piutang  allowance method.
4.   Perusahaan memilih metode penilaian
persediaan rata- rata, metode penyusutan kombinasi garis lurus dengan
saldo  menurun/saldo  menurun 
berganda  atau jumlah angka tahun
dan metode penilaian piutang    direct
method.
Data   kebijakan  
akuntansi   perusahaan   didapat  
dari laporan  keuangan  tahunan 
emiten  bej  dari 
tahun  2000 sampai dengan 2004.
Metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan disajikan pada bagian kebijakan
akuntansi di laporan keuangan tahunan.
3.3.2.   Leverage (lev)
Leverage   perusahaan  
didefinisikan   sebagai besarnya
ketergantungan  perusahaan pada sumber
dana yang berasal dari pinjaman. Leverage telah banyak digunakan  oleh peneliti terdahulu  sebagai proksi untuk debt covenant.
Peneliti-peneliti  yang menggunakan
proksi leverage  adalah  adalah 
collins,  rozeff,  dan 
dhaliwal (1981);  niehaus  (1989), 
chusing  dan  leclere 
(1992),  kuo  (1993) dan  
christie   dan   zimmerman  
(1994),   dan   missonier-piera (2004). Variabel   leverage perusahaan didapat dari total
kewajiban  pada tahun t dibagi dengan
total assets pada tahun t.
Data tentang
total kewajiban dan total assets didapat dari neraca pada laporan keuangan
tahunan. Selanjutnya  dihitung  besarnya 
rasio  leverage. Selanjutnya rasio
leverage ini diperbandingkan dengan rasio leverage yang didapat dari indonesian
capital market  directory  (icmd) 
tahun  2001  sampai 
dengan  2004. Jika terjadi perbedaan,
maka rasio leverage yang digunakan adalah rasio yang tertera di icmd. Perbedaan
leverage dapat terjadi karena setelah tanggal neraca perusahaan melakukan
revisi atas laporan keuangan.
3.3.3.   Bonus plan 
(bon)
Scott (2000)
mengemukakan  bahwa compensation  plan adalah 
kontrak  agensi  antara 
perusahaan  dan manajernya yang
berusaha untuk menyelaraskan kepentingan pemilik dan manajer dengan kompensasi
manajer berdasarkan satu atau lebih ukuran kinerja manajer dalam
mengoperasionalkan perusahaan. Bonus plan adalah perencanaan bonus yang akan
diterima oleh manajer   perusahaan   yang  
didasarkan   pada   besarnya laba  akuntansi. 
Variabel  ini  diukur 
berdasarkan kebijakan  bonus, bila
perusahaan   ada skema kompensasi
diberi  skor  1, 
dan  bila  tidak 
menerapkan   sistem  bonus diberi 
skor  0.  Proksi 
ini  digunakan  oleh 
peneliti terdahulu, 
diantaranya  adalah hegerman dan
zmijewski (1979),  skinner  (1993), 
hunt  (1985),  press 
dan  weintrop  (1990) dan robbins et al (1993). Data bonus
plan didapat dari laporan keuangan tahunan emiten bej dibagian gambaran umum
perusahaan.
3.3.4.   Kepemilikan manajeman (kpm)
Kepemilikan
manajeman mengindikasikan besarnya kepentingan 
manajeman  perusahaan  terhadap perencanaan  bonus. 
Semakin  tinggi  kepemilikan manajeman  maka 
keinginan  terhadap  bonus 
semakin rendah dan semakin rendah kepemilikan manajeman maka
keinginan  untuk  mendapatkan 
bonus  semakin  tinggi (nihaus, 1988 dan berle dan mean,
1932). Kepemilikan manajeman diukur berdasarkan jumlah persentasi saham yang
dimiliki oleh dewan komisaris dan atau dewan direktur pada tahun ke t. Proksi
ini telah digunakan oleh niehaus (1988), dan bowen et al  (1999).
3.3.5.   Besarnya perusahaan (bp)
Besarnya  perusahaan 
menunjukkan  kekayaan  yang dimiliki 
perusahaan  yang  cenderung 
mudah  dilihat  dan menjadi perhatian sejumlah stakeholder
dan menjadi sasaran politik untuk melakukan redistribusi kekayaan
(missonier-pierra,  2004,  dan 
inoue  dan  thomas, 
1996). Besarnya  
perusahaansebagai   manifestasi   dari 
political cost diukur dengan log natural total assets. Proksi ini
diantaranya digunakan oleh morse dan richardson (1983), abdel khalik (1985)
dopuch dan pincus (1988), lindahl (1989), lee dan hsieh (1985), zmijewski dan
hegerman (1981) dan niehaus (1989). Total ssets perusahaan dapat dilihat di
neraca pada laporan keuangan tahunan ataupun di icmd.
3.3.6.   Kekuatan buruh (kb)
Konflik yang
terjadi antara manajeman dengan buruh dapat menjadi sumber political cost.
Kekuatan buruh didefinisikan sebagai kemampuan buruh untuk menekan
perusahaan  sehingga  kesejahteraan 
buruh menjadi  lebih baik dengan
cara transfer kekayaan dari perusahaan ke para buruh (missonier-pierra,  2004). Tekanan buruh diukur berdasarkan
banyaknya karyawan yang dimiliki oleh pertusahaan pada tahun t. Sebagian besar
penelitian terdahulu menggunakan ada tidaknya serikat pekerja di perusahaan
sebagai proksi dari kekuatan buruh. Proksi ini tidak bisa dilakukan di
indonesia karena seluruh perusahaan yang terdaftar di bej sudah memiliki serikat
pekerja.       Penelitian       ini      
menggunakan       banyaknya
Karyawan  sebagai 
ukuran  kekuatan  buruh 
karena jumlah karyawan yang banyak menunjukkan kekuatan buruh yang
sebenarnya yang setiap permasalahan cenderung diselesaikan dengan demonstrasi.
Banyaknya karyawan yang dimiliki perusahaan dapat dilihat di laporan keuangan
tahunan pada bagian gambaran umum perusahaan.
3.3.7.   Konservatisme akuntansi perusahaan (kap)
Konservatisne
akuntansi adalah ketika ada keraguan, 
mengakui  semua kerugian  dan tidak mengakui beberapa keuntungan (stice
et al., 2004). Konservatisme akuntansi perusahaan diukur berdasarkan gelar
profesional  akuntan dan atau keanggotaan  pada ikatan akuntan indonesia (iai). Jika
terdapat 1 atau lebih dewan komisaris dan atau dewan direksi yang bergelar
akuntan dan atau menjadi anggota iai diberi skore 1 dan jika tidak ada satupun
dari dewan komisaris dan atau dewan direksi yang bergelar akuntan dan atau
menjadi anggota iai diberiskore 0. Ada tidaknya dewan direktur dan dewan komisaris
yang bergelar akuntan dapat dilihat dari gambaran umum dari laporan keuangan
tahunan perusahaan.
3.4. Teknik
analisis
Analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif dan uji hipotesis (uji empiris) menggunakan regresi logistik.
A.  Statistik deskritif.
Statistik  deskriptif 
digunakan  untuk mendiskripsikan
variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan untuk
mendiskripsikan variabel leverage, kepemilikan manajeman, besarnya perusahaan,
dan tekanan buruh adalah rata-rata dan median, 
standar  deviasi,  maksimum, 
dan  minimum. Sedangkan statistik
deskriptif yang digunakan untuk menganalisis 
variabel  bonus  plan, 
kebijakan  akuntansi, dan
konservatisme akuntansi adalah modus.
B.  Pengujian hipotesis.
Hipotesis dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi logistic. Regresi logistik
(logit) dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data nominal  dan data 
rasio,  variabel  dependen 
berupa  data nominal dan independen
berupa data rasio dan nominal sehingga regresi logit yang paling tepat
digunakan. Ghozali  (2001)  mengemukakan 
bahwa  asumsi  multivariate normal  distribution 
tidak  dapat  dipenuhi 
karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu   (metrik)  
dan  kategorikal   (nonmetrik).   Dalam hal ini dapat dianalisis dengan
logistic regression karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya.
Sebelum
melakukan analisis terhadap regresi logistik, langkah  pertama 
adalah  menilai  kelayakan 
model regresi. Fit model dapat dilihat dari:
1.   Hosmer and lemeshow test.
Hosmer dan
lemeshow menghipotesiskan :
Ho :    tidak    
ada     perbedaan      yang    
nyata     antara klasifikasi  yang diprediksi  dengan 
klasifikasi yang diamati.
H1 :     ada  
perbedaan   yang   nyata  
antara   klasifikasi yang
diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Dasar  pengambilan 
keputusan  goodness  of fit test 
yaitu diukur dengan nilai chi-square uji hosmer and  lemeshow :
A) jika
probabilitas > 0,05  maka  ho diterima. B) jika probabilitas <
0,05  maka  ho ditolak.
Model dinyatakan
fi jika h0 diterima, hal ini diindikasikan oleh nilai signifikansi yang lebih
besar dari5%.
2.   Fungsi likelihood
Sebelum
melakukan analisis terhadap regresi logit langkah pertama adalah menilai
overall fit model terhadap data  dengan
fungsi likelihood (ghozali, 2001). Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
model yang dihipotesiskan fit dengan data. Dalam pengujian model fit likelihood  (l) ditransformasikan  menjadi 
-2logl.  Ghozali (2001)
menyebutkan bahwa statistik -2logl kadang-kadang disebut  likehood 
rasio       χ2   statistics, 
dengan  demikian maka   pengujian   
atas   fit   model  
ini   dapat   dilakukan dengan   membandingkan   antara  
nilai  –2logl   dengan   χ2
Tabel pada df
(n-q). Pengujian model fit dilakukan dengan
Membandingkan
selisih antara -2logl yang hanya memasukkan konstanta dengan -2logl untuk model
yang memasukkan konstanta dan variabel independen yang diteliti  pada 
df  ((n-q  konstanta) 
–  (n-q  konstanta 
dan  independen   ))
Dengan χ2  pada df ((n-q konstanta) – (n-q konstanta dan
independen  )).
Hipotesis  akan diterima 
jika ∆-2logl < χ2  pada df
(n-q) dan sebaliknya    jika ∆-2logl  > χ2 
pada  df (n-q) maka  hipotesis ditolak.
Selain menguji fit
model, sebelum menguji hipotesis juga 
akan  dilakukan  pengujian 
multikolinieritas. Pengujian ini dilakukan untuk melihat independensi
hubungan  antar variable  independent. 
Multikolinieritas diuji 
dengan  mengkorelasikan  antar 
variable independent. Multikolinieritas terjadi bila nilai korelasinya
lebih besar dari 0,8.
Hipotesis   1  
sampai   dengan   hipotesis  
6   didasarkan pada persamaan 1
dibawah ini yang terkait dengan model
Penelitian 1. 
Ka ln 1− ka = β0
+ β1lev + β2 bon+ β3kpm+ β4 bp+ β5kb+ β6kap+ ε 
                                    1)
Keterangan
Lev    = leverage bon   = bonus plan
Kpm   = kepemilikan manjeman bp       = besarnya perusahaan kb      = kekuatan buruh
Kap    = konservatisme akuntansi perusahaan
ka      = kebijakan akuntansi
Β         = koefisien regresi
Hipotesis 7 dan
hipotesis 8 terkait dengan model 2 dan diuji dengan menggunakan persamaan 2
dibawah ini:
Ka ln1− ka = β0
+ β1lev + β2bon+ β3kpm+ β4bp+ β5kb+ β6kapbon+ β7 kaplev+ ε          2)
Model  3 
penelitian  ini  terkait 
dengan  hipotesis  9 
dan  10 dan diuji berdasarkan
model regresi logistic berikut: 
Ka ln 1− ka = β0
+ β1lev + β2bon+ β3kpm+ β4bp+ β5kb+ β6bonxlev+ β7 bonxpb+ ε         3)
Analisis  pengujian 
hipotesis  dengan  logit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.   Tingkat signifikansi (α) yang digunakan  sebesar 
5%.
2. Kriteria    penerimaan     atau   
penolakan    hipotesis didasarkan
pada signifikansi p-value (prob value). Jika p value (signifikansi)  > α, 
maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p value < α, maka
hipotesis diterima.
No comments:
Post a Comment